Jumat, 14 Maret 2014

Kembalikan Indonesiaku ke Indonesia


   Dalam aspek persatuan, kita masih melihat adanya gangguan separatisme di daerah. Ada pula kesenjangan antardaerah, antargolongan, serta antara pusat dan daerah. Bentrokan antargolongan masih terjadi, terutama dengan adanya kelompok-kelompok anarkis yang melakukan tindakan kekerasan dan teror terhadap masyarakat. Belum lagi peperangan antargeng dan antargolongan yang kembali merebak.
Gangguan terhadap kedaulatan wilayah kita masih terasa. Banyak intrusi yang dilakukan negara asing terhadap wilayah perairan dan perbatasan. Berkurangnya luas wilayah nasional akibat berpindahnya tapal batas wilayah kita di Kalimantan serta pelanggaran udara dan laut RI oleh pesawat udara dan kapal perang terutama kapal selam asing yang bahkan tidak pernah kita ketahui adanya, adalah contoh kurangnya kemampuan dan kekuatan laut dan udara kita dalam mengendalikan dan menjaga kedaulatan RI.

    Lebih dari itu, bangsa Indonesia saat ini tercabut dari akarnya. Wawasan kebangsaan yang bersumber dari landasan Pancasila tidak lagi menjadi falsafah kehidupan. Bahkan, kita sudah tidak lagi paham landasan kebangsaan kita, yaitu kekeluargaan, musyawarah, dan mufakat karena batang tubuh konstitusi kita sudah disimpangkan dari Pembukaan UUD 45 yang merupakan sumber dari segala sumber hukum.
Kontemplasi dan perenungan ini sesungguhnya bukanlah untuk menyanggah segala keberhasilan, tetapi lebih sebagai upaya untuk menyadarkan kita semua bahwa masih sangat banyak kekurangan yang perlu kita perbaiki.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilansir beberapa media online, terdapat beberapa komoditas pangan yang selalu diimpor RI. Komoditas tersebut antara lain:

1. Beras
Sepanjang tahun 2012, impor beras mencapai 1,8 juta ton dengan nilai US$ 945,6 juta. Negara terbesar yang memasok beras ke tanah air adalah Vietnam dengan total 1,1 juta ton senilai US$ 564,9 juta. Selain itu, Thailand yang telah mengimpor 315,4 ribu ton dengan nilai US$ 186,2 juta sepanjang tahun 2012. Kemudian, India dengan total beras impor 259 ribu ton dengan nilai US$ 122,2 juta, Pakistan 133,1 ribu ton dengan nilai US$ 52,5 juta, China sebanyak 3.099 ton dengan nilai US$ 11,2 juta dan negara lainnya.

2. Jagung
Pada tahun 2012, impor jagung mencapai 1,7 juta ton dengan nilai US$ 501,9 juta. Negara asal jagung impor terbesar adalah India dengan total impor 1,1 juta ton dengan nilai US$ 319 juta sepanjang tahun lalu. Kemudian Argentina, dengan total impor jagung ke Indonesia sebesar 286,3 ribu ton dengan nilai US$ 89 juta. Impor jagung dari Pakistan sebesar 146,2 ribu ton dengan nilai US$ 46 juta, Brazil sebanyak 74,4 ribu ton dengan nilai US$ 23 juta, dan Amerika Serikat sebanyak 44,2 ribu ton dengan nilai US$ 15,8 juta.

3. Kedelai
Impor kedelai sepanjang tahun 2012 mencapai 1,9 juta ton dengan nilai US$ 1,2 miliar. Negara asal kedelai impor terbesar datang dari Amerika Serikat dengan jumlah impor mencapai 1,8 juta ton dengan nilai mencapai US$ 1,1 miliar. Selain itu, ada Malaysia yang mengimpor 56 ribu ton kedelai impor dengan nilai US$ 47,5 ribu, Afrika Selatan sebanyak 31,5 ribu ton dengan nilai US$ 17,3 juta, Uruguay sebanyak 7,6 ribu ton dengan nilai US$ 5,2 juta dan Kanada sebanyak 7,6 ribu ton dengan US$ 4,6 juta.


    Hal ini lah yang mengacu saya untuk menyatakan bahwa di negeri ini kita seharusnya tidak perlu lagi untuk menunjukan existensi kita sebagai negara yang gemah ripah loh jinawi yang telah tuhan berikan kesuburan tanah iklim yang terbaik. Maka dari itu saya menghimbau kembalikan negeri ini ke pada masa jayanya dulu sebagai macan asia yang dapat melakukan swasembada pangan. Bukan melakukan hal seperti di atas mengimpor bahan pangan yang seyogyanya itu tak perlu kita lakukan karena kelebihan sumber daya alam yang kita miliki.
Sumber:
Redaksi PI. 2013. Badan Pusat Statistik (BPS): Impor Daging Sapi Indonesia 40.338 Ton Ditahun Ini. [Terhubung Berkala]. http://potensi-indonesia.com/?p=1118
Redaksi. 2013. Bahan Pangan Yang Terus Di Impor. [Terhubung Berkala].http://www.asiabusinessinfo.com/bahan-pangan-yang-terus-di-impor/