Air bersih merupakan air sehat yang bening , tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa serta memenuhi persyaratan kesehatan untuk kebutuhan minum, masak, mandi dan energi. Dengan padatnya daerah perkotaan, dan merambahnya perindustrian membuat air tercemar. Dimana sumber pencemaran air terjadi pada daerah industri dan daerah yang padat penduduknya. Kecenderungan yang terjadi saat ini adalah berkurangnya ketersediaan air yang disebabkan oleh meningkatnya populasi, pembangunan yang tidak memperhatikan resapan air dan lainnya. Air bersihpun saat ini dirasakan kurang bahkan tidak aman untuk diminum karena adanya bakteri E-Coli dan mengandung logam berat sebagai akibat dari pencemaran. Oleh sebab itu diperlukan solusi untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan air bersih ini.
Pengolahan Limbah Air di Indonesia
Definisi
pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang ditetapkan dalam UU
tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997. Dalam PP No. 20/1990 tentang
Pengendalian Pencemaran air. Pencemaran air didefinisikan sebagai: “ pencemaran
air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain kedalam air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air turun
sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya” (pasal 1, angka 2).
Salah
satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengolah air limbah agar
aman kalau dibuang ke lingkungan, mengolah air bersih agar menjadi air layak
minum. Pengolahan air ini dapat secara fisika, kimia dan biologis.
Prinsip dasar proses pengolahan air untuk pemurnian produk air bersih (
purityproducts.com ) sebenarnya cukup sederhana, yaitu memisahkan sebanyak
mungkin kotoran yang terikut di dalamnya.
Secara umum
kotoran yang terdapat dalam air adalah :
- Kotoran yang mengapung, misal dedaunan, sampah, dsb
- Kotoran yang melayang berupa partikel-partikel kecil penyebab kekeruhan, baik yang terlarut atau tersuspensi.
- Kotoran yang tenggelam, misal : pasir halus, lumpur berat, dsb
Cara kerja:
- Air yang keruh ( air sungai, air danau air hujan ) pertama kali harus dihilangkan dari kotoran melayang dengan penyaringan dan kotoran tenggelam dengan penapisan dan atau pengendapan sederhana )
- Membuat larutan Koagulan sebanyak 100 gram dilarutkan dalam 1 liter air
- Membuat larutan Flokulan sebanyak 6 gram dilarutkan dalam 1 liter air.
- Air yang telah dibersihkan pada langkah awal ditempatkan pada bak- bak atau drum.
- Tambahkan larutan Koagulan secara perlahan sambil diaduk, setelah itu
- Tambahkan larutan Flokulan secara perlahan sambil diaduk
- Sebagai patokan sederhana kedua larutan di atas dapat digunakan untuk menjernihkan 1 m3 Air keruh.
( Asumsi :
dari beberapa percobaan untuk air keruh seperti sungai akan menjadi jernih
dengan dosis Koagulan 80 s/d 100 ppm dan dosis flokulan 4 s/d 6 ppm ).
- Dosis di atas dapat ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan.
- Maka akan terbentuk gumpalan-gumpalan kotoran yang besar.
- Biarkan selama 5 s/d 10 menit maka gumpalan akan mengendap dan didapatkan air yang telah bersih
- Air ini sudah cukup aman untuk dikonsumsi selama dimasak terlebih dulu.
- Namun jika sumber airnya disinyalir mengandung bakteri atau masih ragu-ragu dapat ditambahkan kaporit cair atau Sodium hipochlorit ( sekitar 0,1 s/d 0,2 gram per meter kubik air ).
Banyak
perusahan yang menawarkan produk penyaringan air yang menggunakan teknologi
canggih, tapi tidak sedikit masyarakat kita juga menggunakan cara tradisional.
Cara
Penyaringan Air Tradisional
Ada
berbagai macam cara sederhana yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan air
bersih, dan cara yang paling umum digunakan adalah dengan membuat saringan air,
dan bagi kita mungkin yng paling tepat adalah membuat penjernih air atau
saringan air sederhana. Perlu diperhatikan, bahwa penyaringan air secara
sederhana tidak dapat menghilangkan sepenuhnya garam yang terlarut di dalam
air. Gunakan destilasi untuk
menghasilkan air yang tidak mengandung garam. Berikut beberapa aternatif cara
sederhana untuk mendapatkan air bersih dengan cara penyaringan air :
1. Saringan Kain Katun.
Pembuatan
saringan air dengan menggunakan kain katun merupakan teknik penyaringan yang
paling sederhana / mudah. Air keruh disaring dengan menggunakan kain katun yang
bersih. Saringan ini dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil
yang ada dalam air keruh. Air hasil saringan tergantung pada ketebalan dan
kerapatan kain yang digunakan. Anda bias menggunakan saringan kain katun ini
dengan cara mengikatkannya pada keran air di rumah.
2. Saringan Kapas
Teknik
saringan air ini dapat memberikan hasil yang lebih baik dari teknik sebelumnya.
Seperti halnya penyaringan dengan kain katun, penyaringan dengan kapas juga
dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air
keruh. Caranya letakkan kapas pada dasar wadah yang telah diberi lubang,
kemudian tuangkan air keruh.air hasil penyaringan akan keluar melalui lubang.
3. Aerasi
Aerasi
merupakan proses penjernihan dengan cara mengisikan oksigen ke dalam air.
Dengan diisikannya oksigen ke dalam air maka zat-zat seperti karbon dioksida serta
hidrogen sulfida dan metana yang mempengaruhi rasa dan bau dari air dapat
dikurangi atau dihilangkan. Selain itu partikel mineral yang terlarut dalam air
seperti besi dan mangan akan teroksidasi dan secara cepat akan membentuk
lapisan endapan yang nantinya dapat dihilangkan melalui proses sedimentasi atau
filtrasi.
4. Saringan Pasir Lambat (SPL)
Saringan
pasir lambat merupakan saringan air yang dibuat dengan menggunakan lapisan
pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Air bersih didapatkan
dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan pasir terlebih dahulu baru
kemudian melewati lapisan kerikil.
5. Saringan Pasir Cepat (SPC)
Saringan
pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas lapisan pasir
pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah penyaringan air
terbalik bila dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat, yakni dari bawah ke
atas (up flow). Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati
lapisan kerikil terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan pasir.
Pengolahan Limbah Air di Swedia
Swedia dikenal dunia sebagai salah satu negara terdepan
dalam mengelola sampah dan air limbah yang ramah lingkungan.. Gryaab merupakan
salah satu perusahaan pengolah air limbah terbesar di Skandinavia yang
beroperasi sejak 1972. Perusahaan ini milik dari tujuh pemerintah kota, yaitu
Ale, Gothenburg, Härryda, Kungälv, Lerum, Mölndal dan Partille.
Untuk mengolah air limbah dari berbagai daerah tersebut,
Gryaab menerima air limbah dari terowongan bawah tanah yang memiliki panjang
total kurang lebih 130 km. Air limbah ini berasal dari rumah tangga dan
industri yang dinaungi oleh lebih dari 800 ribu penduduk. Setiap detiknya,
Gryaab menerima aliran air sekitar 8-12 kubik meter. Jumlah ini bervariasi dari
musim ke musim sepanjang tahun.
Tujuan dari pengolahan air limbah di Gryaab adalah
mengurangi kadar polutan didalam air limbah sehingga aman untuk disalurkan ke
laut lepas. Pengolahan air limbah disini mencakup tiga proses utama yaitu
mekanis, kimiawi dan biologis. Keseluruhan proses tersebut dilakukan untuk
melepaskan bahan organik (BOD7), nitrogen dan
fosfor didalam air limbah sebelum dibuang ke laut untuk mengurangi pencemaran
lingkungan. Limbah nitrogen utamanya berasal dari urin, sedangkan fosfor
berasal dari feses.
Dalam proses mekanis, air limbah disaring dan dipisahkan dari
berbagai jenis sampah yang mengalir didalam saluran air limbah, seperti tisu,
kertas, kapas, pasir, kerikil dan sampah lainnya sampai ke partikel-partikel
yang lebih kecil. Sementara itu, proses kimiawi akan menyisakan lumpur endapan
yang selanjutnya dapat digunakan untuk menghasilkan biogas. Dalam proses
biologis, Gryaab menggunakan bakteri khusus untuk mengkonversi limbah nitrogen
menjadi gas nitrogen yang akan dilepaskan ke atmosfer. Setelah 12 jam lebih,
air limbah yang telah melewati ketiga proses tersebut, dilepaskan kembali ke
sungai Göta Alv.
Proses
pengolahan air limbah dari rumah tangga dan melewati 3 proses di Gryaab
Ditemukan
Gryaab saat proses penyaringan sampah
Yang menarik disini adalah sisa-sisa produksi dari proses
pengolahan air limbah nyatanya dapat memberikan manfaat lainnya. Pengolahan
lumpur endapan dapat menghasilkan kompos dan biogas. Dalam jumlah yang besar,
limbah lumpur tersebut dikompos dan dijadikan tempat pembuangan akhir (landfill),
sedangkan dalam jumlah yang kecil, lumpur yang telah dikompos tersebut disimpan
selama 6 bulan untuk membunuh bakteri berbahaya sehingga siap dijadikan pupuk
untuk lahan pertanian.
Sementara itu, pengolahan biogas menghasilkan energi yang
setara dengan 60 GWh per tahun dan sangat bermanfaat sebagai bahan bakar ramah
lingkungan (green fuel). Biogas ini dijual kepada perusahaan listrik
Göteborg Energi. Dalam proses selanjutnya, biogas dimanfaatkan sebagai bahan
bakar untuk transportasi publik. Tak asing bagi kita, bus-bus umum di seluruh
kota di Swedia sudah berlabel ramah lingkungan (eco-label).
Kelak Indonesia dapat memiliki
fasilitas pengolahan air limbah serupa yang mengolah air limbah dari masyarakat
secara ramah lingkungan. Kita pun bisa berperan serta dalam menjaga kelestarian
dan kebersihan lingkungan laut. Pertama, hanya urin, feses dan tisu toilet yang
boleh mengalir ke dalam kloset. Jangan membuang tisu yang bukan untuk keperluan
toilet, pembalut, kapas dan sampah lainnya ke dalam saluran pembuangan air
untuk mencegah penyumbatan dan banjir. Kedua, gunakanlah deterjen secukupnya,
sesuai dengan aturan pakai yang tertera didalam kemasan. Akan lebih baik lagi,
jika menggunakan deterjen yang ramah lingkungan. Terakhir, sisa zat kimia, cat
dan bahan berbahaya lainnya harus didaur ulang di pusat daur ulang (recycling
station). Demikian, tiga pesan Gryaab yang dapat kita biasakan dalam
kehidupan sehari-hari*.
*berlaku ketika masyarakat sudah sadar bahwa kebersihan itu
adalah kebutuhan dan menyangkut hajat hidup orang banyak. Dengan dasar itu,
mereka tanpa paksaan, mau memilah sampah dalam kehidupan sehari-hari. Di saat
yang bersamaan, pemerintah memberikan dukungan yang nyata, mulai dari
keberadaan perusahaan daur ulang milik negara, kerjasama dengan universitas untuk
pengembangan dan penelitian (seperti: mencari metode pengolahan sampah dan air
limbah yang sesuai dengan karakter masyarakat), menyediakan fasilitas untuk
memilah sampah di tingkat rumah tangga, sampai pada lahirnya budaya memilah
sampah dengan benar. Tapi apalah arti tumbuh kesadaran, kalau kita tidak
berbuat! Seringkali mengatakan soal mentalitas! Mentalitas masyarakat yang
tidak mau membuang sampah pada tempatnya, apalagi memilah sampah dengan benar
itu hanyalah ucapan yang tak berujung pada tindakan. Yah, setidaknya, kita mau
(dan melakukan) membuang sampah pada tempatnya. Tanya pada dirimu sendiri,
bagaimana Anda memandang dan memperlakukan sampah?
Sumber :